Demo Blog

JANJI ALLAH

by Luqman Purnomo on Nov.22, 2009, under

JANJI  ALLAH  ‘AZZA  WA JALLA
 
     Pada firman-Nya QS. Ali Imran 179 Allah Swt. berjanji bahwa Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik.

Dan yang dimaksud baik oleh Allah adalah orang-orang yang seyakinnya mengerti maksud kelanjutan ayat di atas.
Dan Allah (oleh karena Dia adalah Dzat Yang Al-Ghayb, sama sekali tidak akan pernah menampakkan Diri di muka bumi) maka sekali-kali tidak akan (langsung) memperlihatkan kepada kamu mengenai Ada dan Wujud Diri-Nya Yang Al-Ghayb, akan tetapi Allah (untuk memperlihatkan Diri-Nya Yang Al-Ghayb  di dalam rasa hati) memilih dari rasul-rasulNya di antara orang yang dikehendaki-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan jika kamu beriman dan bertaqwa, maka bagimu kanugrahan yang besar.
Allah yajtabi min rusulihi man yasyaa`. Yajtabi adalah fiil mudhare’. Berlaku sekarang ini dan seterusnya. Maksudnya Allah memilih rasul yang di utus mewakili  Diri-Nya Yang Al-Ghayb dari antara orang yang dikehendaki-Nya supaya memperlihatkan dengan cara methode tunjuk (dibisikkan lewat telinga kiri bagi yang telinga kirinya normal) mengenai Diri-Nya Dzat Yang Al-Ghayb supaya dapat dengan mudah senantiasa diingat-ingat dan dihayati di dalam rasa hati dan dijadikan tujuan tempat kembali, dilakukan oleh Allah untuk waktu sekarang dan seterusnya (sampai kiyamat). Sebab hal ini adalah hak-hak Junjungan Nabi Muhammad SAW yang dalam tugas dan kewajibannya sebagai utusan Allah mempunyai wakil yang secara gilir gumanti dalam sebuah rantai silsilah tidak akan pernah terputus sama sekali sampai kiyamat.
Oleh karena wakil itu sama dengan muwakkal maka Allah menyebut dalam firman-Nya juga dengan sebutan Rasul.

Hal di atas secara jelas dan gamblang telah disabdakan oleh Junjungan Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan  oleh Imam Bukhari, Al Hakim dan Adz Dzahabi:

Bersabda Rasulullah: ”Aku adalah kotanya ilmu dan kamu ya Ali adalah pintunya. Dan janganlah masuk kota kecuali lewat pintunya. Berdustalah orang yang mengatakan cinta kepadaku tetapi membenci kamu, karena kamu adalah bagian dariku, dan aku adalah bagian darimu. Dagingmu adalah dagingku, darahmu adalah darahku, ruhmu adalah ruhku, rahasiamu adalah rahasiaku, penjelasanmu adalah penjelasanku. Berbagahialah orang yang patuh kepadamu dan celakalah orang yang menolakmu. Beruntunglah orang yang mencintaimu dan merugilah orang yang memusuhimu. Sejahteralah orang yang mengikutimu dan binasalah orang yang berpaling darimu.
Kamu dan para imam dari anak keturunanmu sesudahku ibarat perahu Nabi Nuh. Siapa yang naik di atasnya, selamat, dan siapa yang menolak akan tenggelam. Kamu semua seperti bintang, setiap kali bintang itu tenggelam, terbit lagi bintang sampai hari kiyamat”.

Kalimat terbit (thala’a) Junjungan Nabi Muhammad SAW menggunakan fiil madhi: thala’a. Maksudnya antara bintang sebelumnya dan sesudahnya (Guru Mursyid sebelumnya dan Guru Mursyid sesudahnya) tidak hanya sebagai hubungan Guru dan murid, tetapi atas petunjuk Allah supaya digulawentah dan dipersiapkan secara matang guna melaksanakan tugas penerusan dalam kerangka mewakili tugas dan kewajiban Junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah.

Itulah  yang  dikerjakan  oleh Junjungan  Nabi  atas  perintah  dan  petunjuk  Allah nggulawentah Sayidina Ali bin Abu Thalib agar siap sebagai pengganti yang mewakili tugas dan kewajiban beliau sebagai utusan Allah. Sayidina Ali demikian pula. Atas petunjuk Allah nggulawentah  calon pengganti yang hak dan sah mewakili tugas dan kewajiban Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Begitu seterusnya sampai kiyamat.


DIKHIANATI

Agar yang thayyib (yang baik di hadapan Allah) karena seyakinnya mengerti kandungan makna kalimah thayyibah bahwa Laailaaha kalimah nafi dan Illallah kalimah itsbat (= Kalimatan Baqiyyatan, kalimah yang kekal, mengenai Ada dan Wujud Diri-Nya Dzat AL-Ghayb Yang Mutlak Wujud-Nya senantiasa ditetapkan di dalam rasa hati), lestari sampai kiyamat, maka secara gilir gumanti Allah menunjuk sosok hamba yang diutus mewakili, inilah yang dikhianati.

Junjungan Nabi Muhammad SAW nggulawentah dan mempersiapkan Ali, dituduh udzun. Dibantah oleh Allah dengan firman-Nya:

Di antara mereka ada orang-orang yang menyakiti nabi dan mengatakan: ”Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah : ”ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rohmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (QS. At Taubah[9]: 61).

Meskipun dibantah oleh Allah, ternyata karena telah terlanjur menyakiti Junjungan Nabi, sedang menyakiti Rasulullah bagiannya adalah azab yang pedih, maka pintu taubat nampaknya terlanjur tertutup. Sehingga yang terjadi adalah merajalelanya nafsu dan watak akunya dan iblis yang selalu siap menerkam mengajak mbalela, mengkhianati, mendustakan dan dengan penuh kesombongan yang hebat memusuhi dengan sengit dan bengis. Maka merajalelalah yang buruk.

Islam agama Allah dan Rasul-Nya yang lurus hingga selamat dengan rasa bahagia (sewaktu-waktu mati selamat dengan rasa bahagia bertemu [pulang kembali]  kepada Diri-Nya Dzat Al-Ghayb Yang Mutlak Wujud-Nya, kekal bersama dengan-Nya), disobek-sobek menjadi berbagai kepentingan. Merajalela sampai sekarang. Dan sama sekali tidak pernah sadar bahwa yang dilakukan adalah buruk di hadapan Allah.

Ketika merasakan mati yang hanya sekali, barulah menyesal dengan penyesalan yang luar biasa hebat. Sebab begitu orang itu mati, barulah bangkit kesadarannya. Lalu berkata:

Artinya: ”amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam menunaikan hak-hak Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (mengadanya rasul dan para penerusnya yang tetap ada sampai kiyamat). (QS. Az Zumar[39]: 56).

Allah Swt memisahkan yang buruk dari yang baik dengan cara sebagaimana firman-Nya:

“Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu? Lalu Kami sertakan (juga) mereka yang datang kemudian. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa, dan celakalah di hari itu bagi orang-orang yang pendusta. (QS. Al Mursalat[77]: 16-19).

Janji Allah sebagaimana cita-citanya Wasithah yang telah menjadi kehendak-Nya.
Maka bersiap dirilah untuk rela mempelajari dan mengamalkannya.
Agar berberan, sawab, dan berkah pangestunya Wasithah selalu bersama kita. Amin.


Tanjung, 5 Juli 2007
Imam
Gerakan Jamaah Lil-Muqorrobin,
 


KH. M  MUNAWWAR AFANDI

0 komentar more...

0 komentar

Posting Komentar

hamba_tuhan. Diberdayakan oleh Blogger.

mesin pencari!!!

pengetahuan: