Demo Blog

DZIKIR

by Luqman Purnomo on Nov.22, 2009, under


KAJIAN WARGA SYATHARIYAH DENGAN ZIKIR
(Malam Jumat Legi, 29 Nopember 2007)
 

       Segala puji hanya bagi Allah. Salawat dan salam semoga tetap pada Junjungan Nabi Muhammad SAW Rasulullah beserta keluarga dan para sahabatnya.

       Bersama ini disampaikan Kajian Warga Syathariyah dengan zikir. Kajian rutin pada hari Kamis malam Jumat Legi tgl. 29 Nopember 2007. Materi kajian kami peroleh dari berbagai kitab tasawuf yang ada di perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya lewat Sdr. DR. H. Abdullah Khozin Afandi, MA (dosen Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya) dan (juga) dari Sdr. Prof. DR. H. Bisri Afandi, MA, unsur ketua/wakil ketua MUI Jawa Timur dan Rektor Universitas Sunan Giri Surabaya. Hal tersebut kami sampaikan setelah kami membaca POSMO edisi 448 tahun VIII 5 Desember 2007 pada halaman 07, dari Bpk Ketua MUI Tulungagung yang menyerahkan perkara ini (sesat tidaknya Syathariyah) kepada MUI Jawa Timur. Kita belum bisa memvonis aliran ini sebagai aliran sesat sebelum ada bukti-bukti yang cukup kuat. Kami dan segenap Warga Syathariyah sebagai hamba al-faqir hanya akan selalu berprihatin.

  Mepet maring Allah, deple-deple maring Allah, nelangsa maring Allah dan nangis maring Allah sambil tiada hentinya memohon ampunan kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Demikian halnya kepada segenap umat Islam supaya senantiasa dikokohkan oleh Allah imannya, Islamnya, dan istiqomahnya hati. Amin. Wallahu a’lam bi al sawab. Tanjung, Nganjuk, Pondok Sufi, Akhir Nopember 2007. Pimpinan Warga Syathariyah, Muhammad Munawwar Afandi. KAJIAN WARGA SYATHARIYAH DENGAN ZIKIR (Malam Jumat Legi, 29 Nopember 2007) Syekh Abdul Qadir al-Jailani Kata-kata beliau yang kami nukil di sini bersumber dari dua buku beliau, al-Fathur Rabbani.., dan ¬al-Ghunyah li Thalibi at-Thariq al-Haq. Kitab ini terdiri dari dua juz. Tema tasawuf terdapat dalam juz 2. a. Al-Jailani dalam kitab al-Ghunyah…, juz 2, hlm. 165-166, menyatakan sbb: Artinya: Wajib bagi murid terus menerus berada di bawah bimbingan Syekh (Guru Mursid) dan mengikuti bimbingannya dan meyakininya sebagai wasilah dan wasithah (perantara) antara dia dan Tuhan ‘Azza wa Jalla, sekaligus sebagai thariqah (jalan) dan menjadi sebab dapat mengantarkannya sampai bertemu Tuhannya. Ibarat seseorang yang berkeinginan bertemu Raja dan dia sendiri tidak mengenal Raja tersebut maka sudah tentu dia akan menghadapi hijab (rintangan; menemui tembok penghalang). Hendaklah seseorang masuk (untuk bertemu Raja) melalui pintu dan jangan sekali-kali memanjat tembok dari belakang. Cara ini tidak akan membawanya bertemu Raja. Syekh (Guru Mursyid) adalah jalan menuju kepada Tuhan dan penunjuk serta pintu masuk bertemu kepada-Nya. Karena itu, seorang murid tidak dapat tidak selain harus memiliki Guru (Syekh). b. Al-Jailani dalam al-Fathur-Rabbani wal-Faidh ar-Rahmani, hlm. 43-44 menyatakan sbb: Artinya: Murid (orang-orang yang menginginkan duniawiah) jumlahnya banyak; orang-orang yang menginginkan akhirat jumlahnya sedikit; dan orang-orang yang menginginkan al-Haq ’Azza wa jalla yang benar-benar menginginkan sangat sedikit dari jumlah yang sedikit. c. Al-Jailani dalam al-Fathur...hlm. 75, sbb; Artinya: Waihaka (jika diterjemahkan dengan bahasa sehari-hari, bagaimanakah kamu ini; sebuah ungkapan untuk teguran keras, ia dapat diindonesiakan dengan celaka kamu). Kamu duduk melaksanakan ibadah sedangkan hatimu ada di rumah orang-orang lain menunggu mereka hadir kepadamu dengan membawa pemberian (hadiah) untukmu. Kamu membuang waktu dengan sia-sia karena hanya mementingkan lahiriah tanpa isi. d. Al-Jailani dalam kitab yang sama, hlm. 46, menyatakan sbb; Artinya: Janganlah kamu lari dari cobaan karena cobaan dan kesabaran merupakan pondasi dari segala sesuatu kebaikan; pondasi risalah, pondasi wilayah, pondasi ma’rifah dan mahabbah. Jika tidak punya sikap sabar ketika tertimpa bencana cobaan maka sama artinya dengan tidak ada pondasi. Sebuah bangunan tidak akan kokoh tanpa ada pondasinya. Al-Harits al-Muhasibi a. al-Muhasibi dalam al-Washaya, hlm. 313, sbb; Artinya: Muraqabah adalah (garapan) ilmu hati yang menekankan pada bagaimana mendekat kepada Allah. Setiap orang yang di dalam dirinya memiliki ilmu ini maka baginya punya sesuatu untuk berjalan mendekat (untuk muraqabah), yakni dengan memiliki ilmu hati yang diamalkan terus menerus untuk mengetahui Allah ’Azza wa jalla, baik apakah saat dia berdiam diri atau sedang melakukan aktifitas; dia mengetahui Allah dengan ilmu tentang hati, ilmu yang meyakinkan tanpa keragu-raguan (keyakinan yang jernih) dan ilmu yang membuka tutup kegelapan sehingga menjadi terang dan mengantarkan dapat musyahadah kepada Zat Yang Ghaib. Maka dalam kondisi seperti ini wahai anak muda, lenyaplah sebab-sebab yang menjadikan hatimu lupa dzikir dan terbukalah keyakinan terhadap sesuatu yang selama ini tidak diperoleh. Di halaman lain (tepatnya halaman 201) dari buku di atas, beliau berterus terang menyatakan bahwa dirinya memiliki seorang Guru, sbb; Artinya: Dengarkan nasehat dari Syekh dan amalkan apa yang dikatakan. Hormatilah mereka jika kamu ingin bahagia. Saya sendiri punya Syekh dan manakala saya mengalami kemusykilan (masalah) atau kegoncangan batin, beliau menasehatiku. Imam Al Ghazali. Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Mukasyafatul qulub al-Muqarrib ila Hadhrati ’Allam al-Ghuyub, hlm. 61-62. Dalam halaman tersebut beliau merujuk hadis-hadis sbb; Artinya: 1. Rasulullah SAW bersabda : Allah tidak melihat shalat seseorang yang hatinya tidak hadir di dalam mengerjakan sholat dengan badannya. (badannya tampak mengerjakan sholat tetapi hatinya tidak hadir, atau hatinya tidak ikut sholat). 2. Bersabda Rasulullah SAW, sesungguhnya difardukannya sholat, diperintah mengerjakan hajji dan thawaf, dan digelarnya manasik (ibadah hajji) sebagai syi’ar agama dimaksudkan untuk menegakkan dzikir kepada Allah Zat yang harus didzikiri. Jika di dalam hatimu tidak berdzikir terhadap Zat yang harus didzikiri sebagaimana yang dikehendaki dan diperintahkan maka dzikirmu tidak mempunyai nilai dan tidak punya arti apa-apa. 3. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda bahwa perumpamaan sholat lima waktu seperti sungai yang airnya mengaliri pintu rumah kamu dan dengan air itu kamu mensucikan diri lima kali dalam satu hari. Maka masih adakah kotoran yang tertinggal dalam dirimu? Yakni, sholat itu sesungguhnya membersihkan dosa-dosa kamu kecuali dosa besar. Dan demikian inilah yang terjadi jika sholat itu dikerjakan dengan khusyu dan hati yang hadir. Dan jika tidak dapat seperti itu maka shalat itu mardud yakni ditolak. Di bawah ini terdapat beberapa hadits Rasulullah, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Syekh al-Qusyairi dan beberapa lainnya, a. Rasulullah SAW mentalkin (membisikkan) dzikir kepada Ali (baca Sayyid Mahmud Abu al-Faidh al-Manufi, at-Tasawuf fil-Islam al-Khalis, hlm. 74). Artinya: Dari hadits masyhur, bahwa Rasulullah Muhammad SAW mentalkin (membisikkan) dzikir kepada Ali (Imam Ali bin Abi Thalib), kemudian al-Hasan al-Basri meminta dzikir itu dari Ali Kw. Ketahuilah dan jangan lupa bahwa tingkatan pertama talkin dzikir dari Guru untuk murid adalah "la ilaha illa-llah". b. Dzikir adalah cahaya (nur), sabda Nabi Artinya: Berkata Abu Sa'id al-Khudri, seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, wahai Nabi,nasehatilah saya. Nabi menjawab, kamu harus taqwa kepada Allah karena taqwa itu mengumpulkan semua kebaikan, kamu harus mujahadah (sungguh-sungguh memerangi nafsumu sendiri) karena sesesungguhnya mujahadah adalah cara ibadah umat Islam, dan kamu harus berdzikir kepada Allah karena sesungguhnya dzikir itu nur cahaya bagimu. c . Tentang keutamaan dzikir Dalam sebuah hadis qudsi Rasulullah SAW bersabda, Artinya: Barangsiapa yang lebih sibuk dzikir kepada-Ku daripada mengajukan permintaan kepada-Ku, maka Aku (Allah SWT) akan memberikan kepadanya lebih baik daripada apa yang Aku berikan kepada peminta-minta. (baca Abdul Rahman al-Bukhari, Mahasin al-Islam wa Syara' al-Islam, ter.hlm. 162. Hadits di atas juga kita temukan dalam karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani, al-Fathur-Rahmani wal-Faidh ar-Rabbani). d. Tentang kerugian jika tidak berdzikir Artinya: Dari Abu Hurairah ra, bersabda Rasulullah, barangsiapa yang duduk dalam suatu tempat dan tidak berdzikir kepada Allah Ta'ala maka dia akan memperoleh kerugian atau menyesal (Hadits riwayat Abu Dawud). e. Tentang majlis dzikir (Diriwayatkan at-Tirmidzi pada bab Asma'u llah al-husna). Artinya: Dari Jabir bin 'Abd u-llah berkata, Rasulullah SAW hadir kepada kami lalu bersabda, wahai manusia, berbahagialah kamu dengan taman suga (rayadhu-ljannah), kami bertanya, Ya Rasulullah, apakah taman surga itu; beliau menjawab, majlis dzikir. Lalu meneruskan, di waktu pagi dan malam berdzikirlah. f. Perumpamaan orang yang berdzikir dan yang tidak Artinya: Dari Abu Musa al-Asy'ari dari Nabi SAW, sabdanya, Perumpamaan orang yang dzikr kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup dan orang mati (riwayat al-Bukhari). Syekh Abdul Qadir al-Jailani berkata dalam bukunya: al-Fathur-Rabbani wal Faidl ar-Rahmani (baca dalam Abdul Qadir al-Jailani, al-Fathur-Rabbani wal Faidl ar-Rahmani; hlm. 59). Artinya: Orang yang berdhikir kepada Allah 'Azza wa Jalla, selamanya hidup, berpindah dari satu hidup (di dunia) ke hidup lainnya (hidup di akhirat) dan dia tidak mati kecuali hanya sesaat manakala dzikirnya mantap (mapan) di dalam hati maka akan selamanya hamba itu dzikir kepada Allah meskipun lisannya tidak mengucap dzikir. Artinya: Wahai orang yang mati hatinya, wahai orang yang menghidupkan nafsunya; hati yang mati adalah hati yang lupa kepada Allah Azza wa Jalla, dan lupa berdzikir kepada-Nya. Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya hidup, maka biarkanlah dzikir kepada Zat al-Haq Azza wa Jalla (baca al-Jailani di buku di atas, hlm. 164). Artinya: Guru (Syekh) yang mengemban ilmu (ilmu tentang al-Haq) menunjukkanmu kepada Zat al-Haq Azza wa Jalla, memberikan bimbingan dengan ucapan dan perbuatan. Artinya: Ilmu (ilmu tentang al-Haq) adalah kehidupan dan al-jahl (tidak memiliki ilmu tersebut) adalah mati; orang yang alim (berilmu) lalu mengamalkan dan ikhlas dalam mengamalkannya serta sabar dalam proses pembelajaran bertemu Tuhannya, dia tidak mati karena pada saat mati dia bertemu dengan Tuhannya maka dia hidup abadi bersama dengan Tuhannya. Ya Allah, beri kami ilmu sera keihlasan menerima dan menjalankannya. (Dalam hal ini tentu ilmu yang menyebabkan seseorang tidak mati melainkan hidup di alam abadi bersama dengan Tuhannya. “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang telah beriman untuk tunduk hati mendzikiri Allah dan (tunduk hati pula) kepada mengadanya Al-Haq yang telah diturunkan, dan janganlah orang-orang yang telah beriman seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al Hadid: 16). 
0 komentar more...

0 komentar

Posting Komentar

hamba_tuhan. Diberdayakan oleh Blogger.

mesin pencari!!!

pengetahuan: