4 hal yang dipertanyakan
by Luqman Purnomo on Nov.22, 2009, under
PIMPINAN JAMAAH WARGA SYATHARIYAH MENJAWAB
4 (EMPAT) HAL YANG MASIH DIPERTANYAKAN
4 (EMPAT) HAL YANG MASIH DIPERTANYAKAN
Dengan Berkah dan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, salawat dan salam semoga tetap kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau yang setia lahirnya dan batinnya.
Dengan penuh kerendahan hati sebagai hamba Allah yang ditetapkan oleh-Nya al-faqir, jawaban yang kami upayakan memadai sukur memuaskan, pasti tidak akan pernah tercapai. Sebab Yang Maha Segala-galaNya hanyalah Satu saja, yakni Diri-Nya Dzat Ilaahi (yang meskipun) Al-Ghayb Mutlak Wujud-Nya dan Maha Sempurna. Karena itu mohon dapat diterima dengan kelapangan dada. Amin.
Dari beberapa masukan yang kami terima setelah kami mengeluarkan risalah Ilmu (Tharekat) Syathariyah, jalan menuju kepada Tuhan sehingga sampai kepada-Nya, berpedoman Al Quran dan Al Hadits (awal Nopember 2007), diikuti dengan halaqah atas prakarsa MUI Tulungagung dengan pihak kami tanggal 14 Nopember 2007, ternyata masih tersisa 4 (empat) hal yang dipertanyakan.
1. Ada prasangka bahwa ajaran warga Syathariyah mempercayai adanya Rasul setelah Junjungan Nabi Muhammad SAW. Hal demikian sama sekali tidak benar. Dalam kajian-kajian Ilmu Syathariyah sama sekali kami tidak membicarakan hal seperti itu. Junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah kami yakini sebagai Nabi terakhir (rukun Islam pertama) dengan ucapan (lahir dan batin): Asyhadu anlaa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah harus tetap menghidupkan keyakinan sampai kiyamat.
Ajaran beliau (yang diberikan oleh Allah) tentang Al Kitab, Al Hikmah dan An Nubuwah tetap kami hidup suburkan untuk dapatnya dihayati dan diamalkan secara benar dan ikhlas. Demikian halnya terhadap Nur yang telah Allah turunkan. (QS. At Taghabun: 8)
Artinya : Maka berimanlah kamu semua kepada Allah dan RasulNya dan an-nuur yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Artinya (kurang lebih):
Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al Kitab, Al Hikmah dan An Nubuwah. Jika orang-orang itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkan kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkari.
2. Prasangka bahwa ajaran Ilmu Syathariyah tidak mengakui sahabat besarnya Junjungan Nabi Muhammad SAW yang atas kehendak Allah dipercaya sebagai khulafaurrasyidin. Yaitu Abu Bakar As Sidiq, Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan. Sama sekali juga tidak benar. Itu adalah fakta sejarah. Bahkan di dalam doa kabul yang kami lakukan setiap habis salat tengah malam dan mujahadah Puji Wali Kutub, termasuk bagian dari doa kabul tersebut.
”Allahumma Rabbana ’anhu qabula, wa bi barakati Ibrahima khalilullah ’anhu qabula....(dst), wa bi barakati Abu Bakar As Sidiq ’anhu qabula....dst, (yang ditutup dengan) wa bi barakati Nabiyyina Muhammad Rasulullah SAW ’anhu qabula, birahmatika ya arhamarrahimin wal hamdulillahi Rabbil ’alamin.
Hanya saja terhadap Sayidina Ali bin Abu Thalib yang disebut Junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pintunya, disamping dipercaya sebagai khalifah ke empat dalam hal menghimpun umat Islam agar tetap kokoh bersatu dalam rangka mengamalkan ajaran Allah dan Rasul-Nya dalam sebuah wadah (negara Islam) yang diridhai dan selalu diampuni oleh-Nya, sekaligus sebagai penerus beliau yang dipercaya untuk mengajarkan Ilmuhu Ta’ala li Dzatihi wa li sifatihi wa li af’alihi wa li jami’i al maujudad.
Yaitu ilmu-Nya Allah Swt mengenai Ada dan Wujud Dzat-Nya Yang Al-Ghayb, Mutlak Wujud-Nya, jelas dekat sekali, meliputi dan menyertai hamba-hambaNya. Agar dengan mudah dan dirasa indah selalu diingat-ingat dan dihayati di dalam rasa hati dalam segala aktifitas hidup dan kehidupan, apa ketika berdiri, ketika duduk-duduk dan ketika berbaring.
Yuhadzdziru adalah fiil mudhare’. Istimror. Maksudnya Allah Swt itu tidak pernah ada hentinya (terus menerus) hingga sampai sekarang dan seterusnya memperingatkan kepada kamu semua mengenai Diri-Nya. Diri-Nya Dzat AL-Ghayb Yang Mutlak Wujud-Nya, dekat sekali, meliputi dan menyertai hamba-hambaNya. Sehingga seharusnya sangat mudah dan amat indah selalu diingat-ingat dan dihayati di dalam rasa hati. Dan hanya kepada Allah tempat kembali. Sebab apapun yang selain-Nya, termasuk wujud jiwa raganya manusia, yang terbiasa dan kental lebih diutamakan dengan berbagai kepentingan (hingga Diri-Nya Ilaahi Dzat Yang meskipun Al-Ghayb Mutlak Wujud-Nya dan dekat sekali), benar-benar dilalaikan. Padahal itu semua (selain-Nya) hancur, kecuali Wajhullah (Kullu syaiin halikun illa Wajhahu).
3. Beribadah harus lewat wasithah.
Hal ini khusus buat orang-orang yang berkehendak memperoleh Ilmu Syathariyah hingga menjadi bagian dari jamaah warga Syathariyah. Sekali lagi khusus buat mereka. Mereka yang kerkehendak untuk dapat seyakinnya mengenal dan mengetahui Ilmuhu Ta’ala li Dzatihi wa li sifatihi wa li af’alihi wa li jami’i al maujudad. Silsilahnya sama sekali tidak pernah terputus sampai kepada Sayidina Ali bin Abu Thalib dari Junjungan Nabi Muhammad SAW.
Perumpamaannya adalah sebagaimaa halnya seorang rakyat dari sebuah negara ketika berkehendak bertemu dengan Presidennya karena ada sesuatu hal yang sangat penting. Untuk itu ada aturannya. Misalnya harus daftar dulu (daftar di buku tamu) dan harus lewat ajudannya. Dan bagi yang tidak berkehendak bertemu Presiden, kan tidak perlu bertemu ajudannya sebagai perantaranya.
Jadi hal di atas sebenarnya wajar-wajar saja dan normal-normal saja. Apabila hal demikian dipahami, sebenarnya sama sekali tidak ada masalah. Maka betapa indahnya Islam dengan menyatunya berbagai pendapat yang mengokohkannya, karena dengan hidayah Allah dilapangkan dadanya.
Artinya: Bahwa barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya hidayah, Dia pasti melapangkan dadanya (nyegara untuk memeluk dan mengamalkan) Islam.
Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, Allah pasti menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah bagaikan pasir yang berhamburan (menjadi gelap) di langit. (Sebagai gambaran dada yang penuh sesak dengan bisikan-bisikan kejahatan).
Begitulah Allah menimpakan kehinaan kepada orang-orang yang tidak beriman.
4. Prasangka bahwa masih ada wahyu lagi. Ini sama sekali juga tidak benar. Wahyu yang diberikan Allah kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW telah cukup. Kita semua yang mengaku umat dan pengikutnya ternyata tetap saja kelabakan untuk dapat memenuhinya. Itulah sebabnya mengapa betapa indah untuk saling mengisi, saling melengkapi, saling mengingatkan, bermusyawarah, saling memaafkan, perwujudan nyata bangunan hablun minannas yang sebenarnya sangat didambakan saat ini.
Bersama ini kami tambahkan agar (juga) tidak mengagetkan dan menimbulkan prasangka-prasangka, bahwa jamaahnya warga Syathariyah, atas kesepakatan semua warga diberi sebutan Gerakan Jamaah Lil-Muqorrobin. Termasuk salah satu program kegiatan Yayasan Lil-Muqorrobin dengan akte notaris No. 5 tanggal 22 Oktober 1995 yang diperbarui dengan akte notaris No. 59 tanggal 31 Mei 2007.
Dimaksud gerakan adalah gerakan kesadaran diri masing-masing warga untuk mengfusikan hati nurani roh dan rasa agar senantiasa “mendzikiri” Diri-Nya Dzatullah (Yang meskipun) AL-Ghayb Mutlak Wujud-Nya, dekat sekali, meliputi dan menyertai hamba-hambaNya sejagad raya. Oleh karena itu semestinya memang harus dapat dengan mudah dan terasa indah selalu diingat-ingat dan dihayati dalam rasa hati dalam segala aktifitas hidup dan kehidupannya.
Menyiapkan diri untuk didekatkan oleh Allah kepada-Nya (sehingga selamat dengan rasa bahagia bertemu dengan-Nya). Sebab dengan dzikirnya itu diharapkan mempunyai kesadaran yang setinggi-tingginya memenuhi maksud firman Allah dalam QS. Ash Shaf ayat 4 bahwa sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Berperang di jalan Allah, bagi warga Syathariyah dijelaskan supaya tidak pernah jemu (ora nduwe waleh, sabar terus menerus) memerangi nafsunya sendiri dan watak akunya nafsu yang jahatnya sama dengan jahatnya makhluk yang berani ablasa kepada Tuhannya. Diperangi agar rela, patuh dan tunduk dijadikan tunggangan cita-citanya hati nurani roh dan rasa berjalan menuju kepada Tuhannya sehingga sampai.
Demikian semoga ada guna dan faedahnya.
Wallahu a’lam bishshawab.
Tanjung, Nganjuk, Pondok Sufi,
pertengahan Nopember 2007
Pimpinan Jamaah Warga Syathariyah,
MUHAMMAD MUNAWWAR AFANDI
hamba_tuhan. Diberdayakan oleh Blogger.
time
!doctype>
0 komentar